SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
Disusun oleh :
:NURHADI
:RAGIL AGUS DARMAWAN
:RIA SEPTIANI
:ROHIM
KELAS :
XII TKR 2
SMK NEGERI 1 BULAKAMBA
Jln. Raya Kluwut Bulakamba Telp/Faks. 0283-870277
e-mail : smkbulak@yahoo.com
website : www.smkn1bulakamba.sch.id
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah alrabbi al‘alamin kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya kepada kami dan seijin-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Dan kami ucapkan terima kasih kepada bapak guru dan teman-teman yang telah memberikan saran dan bantuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) .
Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangan- kekurangannya, dan kami sangat berbesar hati dan berlapang dada sekali apabili Bapak Guru, teman-teman serta para pembaca untuk memberikan saran dan kritiknya.
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebelum agama Islam masuk ke Indonesia, berbagai macam agama dan kepercayaan seperti Animisme, Dinamisme, Hindu, dan Budha telah dianut oleh masyarakat Indoesia. Bahkan pada abad 7-12 M di beberapa wilayah Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha.
2. Permasalahan
- Menjelaskan tentang begaimana Islam datang ke Indonesia.
- Menjelaskan tentang bagaimana caranya Islam bisa berkembang di Indonesia.
- Menjelaskan tentang apa saja hikmah bagi Indonesia setelah Islam datang.
3. Tujuan
- Untuk mengingat kembali tentang bagaimana Islam masuk ke Indonesia.
- Supaya kita bisa mencontoh bagaimana cara berdakwah yang baik
- Mengenang kembali jasa-jasa para pejuang terdahulu
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Awal Masuknya Islam di Indonesia
Ketika Islam datang di
Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme, dinamisme, Hindu
dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa wilayah
kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan
Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di
Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke
wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan
membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta),
menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam Islam
sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan.
Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “ masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “ masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
2. Cara Masuknya Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 :
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 :
لآَإِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد
تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن
بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لاَ انْفِصَامَ لَهَا
وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Tidakadapaksaanuntuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnyatelahjelasjalan
yang benardaripadajalan yang sesat.Karenaitubarangsiapa yang
ingkarkepadaThaghutdanberimankepada Allah,
makasesungguhnyadiatelahberpegangkepadabuhultali yang amatkuat yang
tidakakanputus. Dan Allah MahaMendengarlagiMahaMengetahui.”(Al-Baqarah: 256).
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain ;
1. Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2. Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
3. Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
4. Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
3.
Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah Nusantara
Perkembanagn islam di
indonesia
1. Sumatera
a.
Pantai Barat Pulau Sumatera
Sesuai dengan
keputusan “Seminar Masuknya Islam ke Indonesia” yang diadakan di Medan tahun
1963, maka tempat yang mula-mula masuknya Islam di Pulau Sumatera adalah
“Pantai Barat Sumatera”. Dari sana berkembang ke daerah-daerah lainnya.
Beberapa ahli yang berpendapat tentang masuknya Islam di Sumatera pada abad
Ke-7 M itu yaitu: Sayed Alwi bin Tahih al Haddad Mufsi, H. M. Zaenuddin, Zainal
Arifin Abbas
b.
Samudera Pasai
Agama Islam
berkembang di Indonesia mula-mula di Pasai Aceh Utara. Para pembawa agama Islam
ini mula-mula berda’wah di kalangan rakyat biasa lewat perdagangan. Dengan
kesopanan dan keramahan orang Arab yang berda’wah itu, maka penduduk Pasai
sangat terkesan dan akhirnya menyatakan diri masuk Islam. Begitu pula Raja dan
para pemimpin negeri masuk Islam.
Maka
berdirilah Kerajaan Islam pertama kali di Pasai. Pada saat itu, tiba masanya
perkembangan Islam khususnya di daerah Aceh dan Sumatera Utara untuk memperluas
penyiaran Islam. Maka berkembanglah Islam dari Pasai ke Malaka, Tapanuli, Riau,
Minangkabau, Kerinci dan ke daerah-daerah lainnya. Kerajaan Islam Pasai berdiri
sekitar tahun 1297, yang kemudian dikenal dengan sebutan “Serambi Makkah”.
c.
Sumatera Barat
Setelah agama
Islam berkembang di Pasai, tidak lama sesudah itu tersebar pula ke
daerah-daerah lain yaitu ke Pariaman Sumatera Barat. Islam datang ke Pariaman
dari Pasai dengan melalui laut “Pantai Barat Pulau Sumatera”. Ulama yang
terkenal membawa Islam ke Pariaman itu adalah Syekh Burhanuddin. Penyiaran
agama Islam dilakukan secara pelan-pelan dan bertahap, sebab adat di Sumatera
Barat sangat kuat.
Sebagai bukti
bahwa agama Islam diterima oleh masyarakat Sumatera Barat dengan kerelaan dan
kesadaran adalah dengan populernya pepatah yang mengatakan : “Adat bersendi
syara”, syara bersendi Kitabullah”. Jadi adat istiadat yang sangat dipegang teguh
oleh masyarakat Sumatera Barat itu adalah “Adat yang bersendikan Islam” artinya
Islam menjadi dasar adat.
d. Sumatera
Selatan
Sekitar tahun
1440 agama Islam masuk ke Sumatera Selatan. Mubaligh yang paling berjasa
membawa Islam ke Sumatera Selatan adalah Raden Rahmat (Sunan Ampel). Arya Damar
yang terkenal dengan nama Aryadillah (Abdillah) adalah Bupati Majapahit di
Palembang waktu itu, kemudian Raden Rahmat (Sunan Ampel) memberi saran kepada
Abdillah agar bersedia menyebarkan agama Islam di Sumatera Selatan. Atas rahmat
dan petunjuk Allah, saran Raden Rahmat tersebut dilaksanakan oleh Ardillah,
sehingga agama Islam di Sumatera Selatan berkembang dengan baik.
2. Jawa
Menurut berita
Tionghoa pada tahun 1416 M di tanah Jawa sudah banyak orang Islam, tetapi orang
asing. Hal ini dapat dikaitkan dengan wafatnya seorang mubaligh Islam yang
mula-mula menyiarkan Islam di Jawa, yaitu Maulana Malik Ibrahim (wafat 1419)
Sebelum
Maulana Malik Ibrahim ke tanah Jawa, rupanya telah banyak pedagang-pedagang
Islam yang berniaga sambil menyiarkan agama Islam. Hal ini dikuatkan dengan
diketemukan makam dari seorang wanita Islam yang bernama Fatimah binti Maimun
yang wafat pada tahun 475 H/1082 M dimakamkan di Gresik.
Dalam mengupas
tersebarnya Islam di Jawa tidaklah lengkap rasanya bila tidak mengemukakan
“Wali Songo” sebagai mubaligh-mubaligh ternama di tanah Jawa. Para wali itu
sangat besar jasanya dalam penyiaran Islam di Jawa, walaupun banyak rintangan
yang mereka hadapi, namun dengan ketekunan, kebijaksanaan dan perjuangan
mereka, Islam bisa masuk ke pelosok-pelosok tanah Jawa.
3. Kalimantan
a.
Kalimantan Selatan
Di pulau
Kalimantan, agama Islam mula-mula masuk di Kalimantan Selatan. Nama kotanya
adalah Banjarmasin. Pembawa agama Islam ke Kalimantan Selatan ini adalah para
pedagang bangsa Arab dan para mubaligh dari pulau Jawa. Perkembangan agama
Islam di Kalimantan Selatan itu sangat pesat dan mencapai puncaknya setelah
kerajaan Majapahit runtuh tahun 1478.
b.
Kalimantan Barat
Daerah lainnya
di Kalimantan yang dimasuki agama Islam adalah kalimantan Barat. Islam masuk ke
Kalimantan Barat itu mula-mula di daerah Muara Sambas dan Sukadana. Dari dua
daerah inilah baru kemudian tersebar ke seluruh Kalimantan Barat. Pembawa agama
Islam ke daerah Kalimantan Barat adalah para pedagang dari Johor (Malaysia) dan
Mubaligh dari Palembang (Sumatera Selatan).
Sultan Islam
yang pertama (tahun 1591) di Kalimantan Barat berkedudukan di Sukadana yaitu
Panembahan Giri Kusuma. Sedang Sultan Sukadana yang kedua Sultan Muhammad Safiuddin
(1677).
4. Sulawesi
Islam masuk ke
Sulawesi pada awal abad XVI M dimulai dari Sulawesi Selatan. Hal ini dikaitkan
bahwa pada tahun 1540 M di Sulawesi Selatan telah dijumpai pemeluk-pemeluk
Islam, terutama suku Bugis dan Makasar. Kerajaan di Sulawesi Selatan yang
mula-mula menerima Islam sebagai agama resmi kerajaan ialah Kerajaan Goa dan
Tallo. Raja Tallo yang merangkap pekerjaan sebagai Mangkubumi kerajaan Goa, dan
menerima Islam sebagai agamanya adalah Malingkrang Daeng Manyari. Sesudah memeluk
agama Islam, beliau bergelar Sultan Abdullah Awwalalul Islam. Selanjutnya Raja
Goa ke XIV Baginda I Manggerengi Daeng Manrabia juga memeluk Islam, lalu
berganti nama menjadi Sultan Alaudin. Dengan masuk Islamnya raja-raja Tallo dan
Goa, maka rakyat segera mengikutinya. Dan dalam waktu dua tahun seluruh rakyat
Goa dan Tallo di-Islamkan. Adapun mubaligh yang berjasa dalam meng-Islamkan
raja dan rakyat Goa dan Tallo adalah Abdul Qadir Khatib Tunggal, berasal dari
Minangkabau dan diperkirakan pernah menjadi murid Sunan Giri.
5. Nusa
Tenggara
Pada tahun
1540 agama Islam masuk pula ke Nusatenggara. Masuknya agama Islam ke
Nusatenggara dibawa oleh para mubaligh dari Bugis (Sulawesi Selatan) dan
mubaligh dari pulau Jawa.
Agama Islam
berkembang di Nusatenggara mula-mula di daerah Lombok yang penduduknya disebut
suku Sasak. Agama masuk Lombok dengan damai atas jasa dari
mubaligh-mubaligh orang Bugis yang masyhur pandai berlayar dan berdagang
itu. Secara berangsur-angsur akhirnya penduduk Lombok mayoritas beragama Islam.
Dari daerah Lombok, secara pelan-pelan selanjutnya tersebar pula ke
daerah-daerah Sumbawa dan Flores
Yang berjasa
besar untuk meng-Islamkan penduduk Nusa tenggara itu ialah pedagang-pedagang
Bugis dari Sulawesi Selatan, dan ada pula pedagang dan mubaligh dari Jawa.
Peng-Islaman di Nusatenggara dengan lancar dan dapat mencapai prosentasi yang
tinggi ialah di Lombok dan Sumbawa.
Lebih dari itu
Sumbawa berhasil mendirikan kerajaan Islam yang berpusat di Bima. Pengembangan
agama Islam di Bima sejak awal abad ke-16, penyiarannya datang dari dua arah
yaitu dari Jawa dan dari Sulawesi Selatan.
Yang berhasil
meng-Islamkan penduduk Flores ialah : kaum muslimin Bugis dengan jalan
mempelajari Bahasa Flores dengan menyesuaikan adat istiadat di sana. Dengan
demikian penduduk Flores banyak yang masuk Islam sekalipun mereka sudah
beragama Katholik.
Tokoh-Tokoh Dalam Perkembangan Islam Di Indonesia
Proses
penyebaran Islam di wilayah Nusantara tidak dapat dilepas dari peran aktif para
ulama. Melalui merekalah Islam dapat diterima dengan baik dikalangan
masyarakat. Di antara Ulama tersebut adalah sebagai berikut:
a. Hamzah
Fansuri
Ia
hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda sekitar tahun 1590.
Pengembaraan intelektualnya tidak hanya di Fansur-Aceh, tetapi juga ke India,
Persia, Mekkah dan Madinah. Dalam pengembaraan itu ia sempat mempelajari ilmu
fiqh, tauhid, tasawuf, dan sastra Arab.
b. Syaikh Muhammad
Yusuf Al-Makasari
Beliau
lahir di Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli 1626 M/1037 H.
Ia memperoleh pengetahuan Islam dari banyak guru, di antaranya yaitu; Sayid Ba
Alwi bin Abdullah Al-‘allaham (orang Arab yang menetap di Bontoala), Syaikh
Nuruddin Ar-Raniri (Aceh), Muhammad bin Wajih As-Sa’di Al-Yamani (Yaman), Ayub
bin Ahmad bin Ayub Ad-Dimisqi Al-Khalwati (Damaskus), dan lain sebagainya.
c. Syaikh
Abdussamad Al-Palimbani
Ia
merupakan salah seorang ulama terkenal yang berasal dari Sumatra Selatan.
Ayahnya adalah seorang Sayid dari San’a, Yaman. Ia dikirim ayahnya ke Timur
Tengah untuk belajar. Di antara ulama sezaman yang sempat bertemu dengan beliau
adalah; Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Abdul Wahab Bugis, Abdurrahman Bugis
Al-Batawi dan Daud Al-Tatani.
d. Syaikh Muhammad
bin Umar n-Nawawi Al-Bantani
Beliau
lahir di Tanar, Serang, Banten. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya, Tamim dan
Ahmad, di didik oleh ayahnya dalam bidang agama; ilmu nahwu, fiqh dan tafsir.
Selain itu ia juga belajar dari Haji Sabal, ulama terkenal saat itu, dan dari
Raden Haji Yusuf di Purwakarta Jawa Barat. Kemudian ia pergi ke Mekkah untuk
menunaikan ibadah haji dan menetap disana kurang lebih tiga tahun. Di Mekkah ia
belajar Sayid Abmad bi Sayid Abdurrahman An-Nawawi, Sayid Ahmad Dimyati dan
Sayid Ahmad Zaini Dahlan. Sedangkan di Madinah ia berguru kepada Syaikh
Muhammad Khatib Sambas Al-Hambali. Selain itu ia juga mempunyai guru utama dari
Mesir.
Pada
tahun 1833 beliau kembali ke Banten. Dengan bekal pengetahuan agamanya ia
banyak terlibat proses belajar mengajar dengan para pemuda di wilayahnya yang
tertarik denga kepandaiannya.. tetapi ternyata beliau tidak betah tinggal di
kampung halamannya. Karena itu pada tahun 1855 ia berangkat ke Haramain dan
menetap disana hingga beliau wafat pada tahun 1897 M/1314 H.
e. Wali Songo
Dalam
sejarah penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di pulau Jawa terdapat
sembilan orang ulama yang memiliki peran sangat besar. Mereka dikenal dengan
sebutan wali songo.
Para
wali ini umumnya tinggal di pantai utara Jawa sejak dari abad ke-15 hingga
pertengahan abad ke-16. Para wali menyebarkan Islam di Jawa di tiga wilayah
penting, yaitu; Surabaya, Gresik dan Lamongan (Jawa Timur), Demak, Kudus dan
Muria (Jawa Tengah), serta di Cirebon Jawa Barat. Wali Songo adalah para ulama
yang menjadi pembaru masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai
bentuk peradaban baru seperti, kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan,
kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Adapun
wali-wali tersebut yaitu; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan
Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat, Sunan Kudus dan Sunan
Muria.
Perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
1.Ilmu-ilmuKeagamaan
Perjuangan itu dilakukan, diberbagai aspek antara lain pendidikan, kesehatan, dakwah, sosial, politik hingga teknologi. Setidaknya ada dua cara yang dilakukan oleh para ulama dalam menumbuhkembangkan ajarannya yaitu sebagai berikut :
Perjuangan itu dilakukan, diberbagai aspek antara lain pendidikan, kesehatan, dakwah, sosial, politik hingga teknologi. Setidaknya ada dua cara yang dilakukan oleh para ulama dalam menumbuhkembangkan ajarannya yaitu sebagai berikut :
a. Membentuk kader-kader ulama yang
akan bertugas sebagai mubalig ke daerah-daerah yang lebih luas.
b. Melalui karya-karya tulisan yang
tersebar dan dibaca di seluruh Nusantara. Karya-karya itu mencerminkan
perkembangan pemikiran dan ilmu-ilmu agama di Indonesia pada masa itu.
Ilmuwan-ilmuwan muslim di
Indonesia tersebut, antara lain :
a.
Hamzah Fansuri (sufi) dari Sumatera
Utara. Karyanya yang berjudul Asrar Al Arifin fi Bayan ila Suluk wa At Tauhid.
b.
Syamsuddin As Sumatrani dengan
karyanya berjudul Mir’atul Mu’min (Cermin Orang Beriman).
c.
Nurrudin Ar Raniri, yaitu seorang
yang berasal dari India keturunan Arab Quraisy Hadramaut. Karya-karyanya
meliputi ilmu fikih, hadis, akidah, sejarah, dan tasawuf yang diantaranya
adalah As Sirat Al Mustaqim (hukum), Bustan As Salatin (sejarah), dan Tibyan fi
Ma’rifat Al Adyan (tasawuf).
d.
Abdul Muhyi yang berasal dari Jawa.
Karyanya adalah kitab Martabat Kang Pitu (Martabat yang Tujuh).
e.
Sunan Bonang dengan karyanya Suluk
Wijil
f.
Ronggowarsito dengan karyanya Wirid
Hidayat Jati
g.
Syekh Yusuf Makasar dari Sulawesi
(1629-1699 M). Karya-karyanya yang belum diterbitkan sekitar 20 buah yang masih
berbentuk naskah.
h.
Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari
(1812 M) seorang ulama produktif yang menulis kitab sabitul Muhtadil (fikih).
i.
Syekh Nawawi Al Bantani yang menulis
26 buah buku diantaranya yang terkenal Tafsir Al Muris
j.
Syekh Ahmad Khatib dari Minangkabau
(1860-1916 M)
Peranan Umat
Islam pada Masa Penjajahan, Masa Kemerdekaan dan Masa Perkembangan
1. Masa penjajahan
Jauh sebelum Belanda masuk ke Indonesia, sebagian besar masyarakat Nusantara telah memeluk agama Islam yang ajarannya penuh kedamaian, saling menghormati, dan tidak bersikap buruk sangka terhadap bangsa asing. Semula bangsa asing seperti Portugis dan Belanda datang ke Indonesia hanya untuk berdagang, tetapi dalam perkembangan selanjutnya niat itu berubah menjadi keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai koloni di bawah kekuasaan dan jajahannya. Portugis berhasil meluaskan wilayah dagangnya dengan menguasai Bandar Malaka di tahun 1511 sehingga akhirnya mereka dapat masuk ke Maluku, Ternate dan Tidore.
Jauh sebelum Belanda masuk ke Indonesia, sebagian besar masyarakat Nusantara telah memeluk agama Islam yang ajarannya penuh kedamaian, saling menghormati, dan tidak bersikap buruk sangka terhadap bangsa asing. Semula bangsa asing seperti Portugis dan Belanda datang ke Indonesia hanya untuk berdagang, tetapi dalam perkembangan selanjutnya niat itu berubah menjadi keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai koloni di bawah kekuasaan dan jajahannya. Portugis berhasil meluaskan wilayah dagangnya dengan menguasai Bandar Malaka di tahun 1511 sehingga akhirnya mereka dapat masuk ke Maluku, Ternate dan Tidore.
Portugis juga mematikan aktivitas perdagangan kaum muslim Indonesia di daerah lainnya seperti Demak. Pada tahun 1527 M, Demak di bawah pimpinan Fatahillah berhasil menguasai Banten. Banten dan Aceh kemudian menjadi pelabuhan yang ramai menggantikan Bandar Malaka.
Dilandasi semangat tauhid dan hasil pendidikan yang diperoleh dari pesantren menyebabkan semakin bertambahnya kader pemimpin dan ulama yang menjadi pengayom masyarakat. Kaum bangsawan dan kaum adat yang semula tidak memahami niat para ulama untuk mempertahankan Indonesia dari cengkeraman penjajah secara perlahan bersatu padu untuk mempertahankan Nusantara dari ekspansi Belanda.
Contoh perlawanan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut antara lain:
1. Tuanku Imam Bonjol melalui Perang Paderi (1821-1837) di Sumatera Barat.
2. Pangeran Diponegoro (1815-1838) melalui Perang Diponegoro di Jawa Tengah.
3. Perang Aceh (1873-1904) di bawah pimpinan Panglima Pilom, Teuku Cik Ditiro, Teuku Umar, dan Cut Nyak Din.
2. Masa Kemerdekaan
Umat Islam kemudian mengganti perjuangannya melawan penjajahan dengan strategi atau jalan mendirikan organisasi-organisasi Islam yang diantaranya sebagai berikut :
Umat Islam kemudian mengganti perjuangannya melawan penjajahan dengan strategi atau jalan mendirikan organisasi-organisasi Islam yang diantaranya sebagai berikut :
a. Syarikat Dagang Islam
Syarikat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam berdiri pada tahun 1905 dipimpin oleh H. samanhudi, A.M. Sangaji, H.O.S. Cokroaminoto dan H. Agus Salim. perkumpulan ini berdiri dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup bangsa ndonesia, terutama dalam dunia perniagaan.
Syarikat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam berdiri pada tahun 1905 dipimpin oleh H. samanhudi, A.M. Sangaji, H.O.S. Cokroaminoto dan H. Agus Salim. perkumpulan ini berdiri dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup bangsa ndonesia, terutama dalam dunia perniagaan.
b. Jam’iatul Khair
Berdiri pada tahun 1905 M di Jakarta adalah pergerakan Islam yang pertama di pulau Jawa. Anggotanya kebanyakan keturunan (peranakan) Arab.
c. Al Irsyad
Al Irsyad adalah organisasi Islam yang didirikan tahun 1914 M oleh para pedagang dan ulama keturunan Arab, seperti Syekh Ahmad Sorkali.
d. Perserikatan Ulama
Gerakan modernis Islam yang berdiri pada tahun 1911 M oleh Abdul Halim dan berpusat di Majalengka Jawa Barat. Organisasi ini diakui keberadaannya oleh Belanda tahun 1917 dan bergerak dibidang ekonomi dan sosial, seperti mendirikan panti asuhan yatim piatu pada tahun 1930 M.
e. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta 18 November 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan bertepatan tanggal 8 Zulhijah 1330. Muhammadiyah bukan merupakan partai politik, tetapi gerakan Islam yang bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan.
f. Nahdatul Ulama
Didirikan pada bulan Januari 1926 oleh KH. Hasyim Asy’ari yang bertujuan membangkitkan semangat para ulama Indonesia dengan cara meningkatkan dakwah dan pendidikan karena saat itu Belanda melarang umat Islam mendirikan sekolah-sekolah yang bernafaskan Islam seperti Pesantren.
3. Masa Perkembangan
Di masa perkembangan atau setelah memperoleh kemerdekaan, umat Islam juga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya memajukan bangsa dan negara. Peran-peran tersebut antara lain dilakukan melalui hal-hal sebagai berikut.
Di masa perkembangan atau setelah memperoleh kemerdekaan, umat Islam juga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya memajukan bangsa dan negara. Peran-peran tersebut antara lain dilakukan melalui hal-hal sebagai berikut.
a. Membentuk Departemen Agama
Tujuan dan fungsi Departemen Agama dirumuskan sebagai berikut:
1) Mengurus serta menuntut pendidikan agama di sekolah-sekolah serta membimbing perguruan-perguruan agama.
2) Mengikuti dan memperhatikan hal-hal yang bersangkutan dengan agama dan keagamaan.
3) Memberi penerangan dan penyuluhan agama.
b. Di Bidang Pendidikan
Salah satu bentuk pendidikan Islam tertua di Indonesia adalah pesantren yang tersebar di berbagai pelosok daerah. Lembaga ini dipimpin oleh seorang kyai dan saat ini sudah banyak muncul pesantren yang bersifat modern. Artinya, pendidikan Islam tersebut memiliki kurrikulum dan jenjang-jenjang pendidikan mulai dari tingkat dasar (ibtidaiyah), menengah (tsanawiyah), dan tingkat atas (aliyah), bahkan sampai ke tingkat perguruan tinggi, seperti Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang sekarang telah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).
c. Majelis Ulama Indonesia
Selain Departemen Agama, pemerintah Indonesia juga mendirikan Majelis Ulama Indonesia (MUI), yaitu suatu wadah kerja sama antara pemerintah dan ulama dalam urusan keorganisasian, khususnya agama Islam. Majelis Ulama Indonesia bergerak dalam bidang dakwah dan pendidikan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat berdiri pada bulan Oktober 1962 yang memiliki tujuan awal antara lain sebagai berikut :
1) Pembinaan mental dan agama bagi masyarakat.
2) Ikut ambil bagian dalam penyelenggaraan revolusi dan pembangunan semesta berencana dalam rangka demokrasi terpimpin.
BAB III
PENUTUP
III.1
Hikmah Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Setelah memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna atau ciri yang khas dan memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat mengambil hikmah, diantaranya sebagai berikut:
1. Islam membawa ajaran yang berisi kedamaian.
2. Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan pekerja keras.
3. Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskupin Islam tetap memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar dalam Islam.
III.2 Manfaat dari Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Banyak manfaat yang dapat kita ambil untuk dilestarikan diantaranya sebagai berikut:
1. Kehadiran para pedagang Islam yang telah berdakwah dan memberikan pengajaran Islam di bumi Nusantara turut memberikan nuansa baru bagi perkembangan pemahaman atas suatu kepercayaan yang sudah ada di nusantara ini.
2. Hasil karya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber pengetahuan.
3. Kita dapat meneladani Wali Songo telah berhasil dalam hal-hal seperti berikut.
a. Menjadikan masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al Quran.
b. Mampu membangun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau arsitektur hingga ke seluruh pelosok Nusantara
4. Mampu memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para ulama, baik berupa makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.
5. Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh Islam untuk mempraktikkan tingkah laku yang penuh keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi berikutnya.
6. Para ulama dan umara bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan persenjataan yang tidak sebanding.
Setelah memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna atau ciri yang khas dan memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat mengambil hikmah, diantaranya sebagai berikut:
1. Islam membawa ajaran yang berisi kedamaian.
2. Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan pekerja keras.
3. Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskupin Islam tetap memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar dalam Islam.
III.2 Manfaat dari Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Banyak manfaat yang dapat kita ambil untuk dilestarikan diantaranya sebagai berikut:
1. Kehadiran para pedagang Islam yang telah berdakwah dan memberikan pengajaran Islam di bumi Nusantara turut memberikan nuansa baru bagi perkembangan pemahaman atas suatu kepercayaan yang sudah ada di nusantara ini.
2. Hasil karya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber pengetahuan.
3. Kita dapat meneladani Wali Songo telah berhasil dalam hal-hal seperti berikut.
a. Menjadikan masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al Quran.
b. Mampu membangun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau arsitektur hingga ke seluruh pelosok Nusantara
4. Mampu memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para ulama, baik berupa makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.
5. Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh Islam untuk mempraktikkan tingkah laku yang penuh keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi berikutnya.
6. Para ulama dan umara bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan persenjataan yang tidak sebanding.
III.3 Perilaku Penghayatan
Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Ada beberapa perilaku yang merupakan cerminan dari penghayatan terhadap manfaat yang dapat diambil dari sejarah perkembangan Islam, yaitu antara lain sebagai berikut:
1. Berusaha menjaga persatuan dan kerukunan antaraumat beragama, saling menghormati, dan tolong menolong.
2. Menyikapi kejadian masa lalu dengan sikap sabar dan tetap meyakini bahwa setiap kejadian pasti ada hikmahnya.
3. Sumber ilmu pengetahuan yang berupa karya tulis dari para ulama hendaknya terus digali atau dipelajari dan dipahami maksudnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar